Minggu, 13 Juni 2010

Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari Bloom et.all 1971).

Stufflebeam et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;
1. Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembeljaran bagi masyrakat.
2. Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan metode yang berbeda.
3. Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
4. Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
5. Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
6. evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
7. Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
8. Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
9. Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
10. Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran.
transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ;
1. Fungsi selektif
2. Fungsi diagnostik
3. Fungsi penempatan
4. Fungsi keberhasilan

Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah ;
1. Perbaikan sistem
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3. Penentuan tindak lanjut pengembangan

PRINSIP PRINSIP EVALUASI
1. Keterpaduan
2. evauasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran.
3. Keterlibatan peserta didik
4. prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
5. Koherensi
6. evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
7. 4. Pedagogis
8. Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.
9. Akuntabel
10. Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau bahan pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.

TEKNIK EVALUASI

Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes

1. teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.

a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.

2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :

a. tes diagnostik
b. tes formatif
c. tes sumatif

Penjelasan mengenai 3 macam tes diatas dapat dibaca pada bagian Teknik Tes

PROSEDUR MELAKSANAKAN EVALUASI

Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
a. perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
b. pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan)
c. verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
d. pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
e. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

Pengukuran, Assesmen, dan Evaluasi

Penilaian: Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi
Makna Penilaian
Sebagaimana ditegaskan dalam pedoman penilaian untuk sekolah dasar (Depdikbud, 1994:1) penilaian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan dasar maupun penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan pada langkah awal pembelajaran diguna-kan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran dan proses penilaian yang akan dilakukan. Menurut Davis (dalam Sudarsono Sudirdjo dkk., 1991:94) tujuan tidak hanya merupakan arah yang dapat membentuk atau mewarnai kurikulum dan memimpin kegiatan pengajaran, tetapi juga dapat menyediakan spesifikasi secara terperinci bagi penyusunan dan penggunaan teknik-teknik penilaian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara jelas dan spesifik akan menunjang proses penilaian yang tepat dan dapat mem-bantu di dalam menetapkan kualitas dan efektivitas pengalaman belajar siswa. Dalam pedoman penilaian Kurikulum 1994 untuk Sekolah Dasar (Depdikbud, 1994: 3), dikemukakan bahwa:
178 "Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mem-berikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan me-nyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa."
Penjelasan tersebut di atas mengandung makna bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, melainkan men-yeluruh dan mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Colin (1991: 3),
"Assessment as a general term enhancing all methods customarily to ap-praise performance of individual pupil or a group. It may refer to abroad appraisal including many sources of evidence and many aspects of a pu-pil's knowledge, understanding, skill and attitudes."
Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989:220), penilaian adalah proses un-tuk menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam suatu konteks situasi tertentu, dimana proses penentuan nilai berlangsung dalam bentuk interpretasi yang kemudian diakhiri dengan suatu "Judgment".
Penilaian tidak sama dengan pengukuran, namun keduanya tidak dapat dipisahkan, karena kedua kegiatan tersebut saling berhubungan erat. Untuk dapat mengadakan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu (Suharsimi Arikunto, 1991:1). Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang didasarkan pada aturan atau formu-lasi yang jelas (Asmawi Zainul, 1992: 13). Dari hasil pengukuran akan diperoleh skor yang menggambarkan tingkat keberhasilan belajar siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Lebih lanjut, berikut adalah penjelasan dari buku Penilaian Kelas pada Kurikulum 2004 tentang beberapa istilah yang sering terkait dengan penilaian (Depdiknas, 2004:11-12). “Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifi-kasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha mem-peroleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah men-capai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pern-yataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat ter-tentu yang jelas.”
Fungsi Penilaian
Dalam pedoman penilaian (Depdikbud, 1994:3) ditegaskan bahwa tujuan dan fungsi penilaian untuk memberikan umpan bail baik kepada guru, siswa, orangtua maupun lembaga pendidikan yang berkepentingan serta untuk menentu-kan nilai hasi belajar siswa. Bagai guru, hasil penilaian tidak hanya dugunakan untuk memberikan pertanggung-jawaban secara obyektif kepada atasan ataupun sekedar bahan nilai raport. Namun penilaian dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk melakukan instrospeksi diri terhadap proses pembelajaran yang baru saja berlangsung. Bagi siswa, hasil penilaian dapat dijadikan alat untuk memotivasi siswa tersebut agar lenih giat dalam proses pembelajaran berikutnya. Selain itu, dari hasil penilaian siswa mendapatkan informasi tentang seberapa jauh tingkat penguasaan bahan pelajaran yang diberikan guru. Bagi orangtua, dengan menge-tahui hasil belajar siswa (anaknya) orangtua dapat turut berpartisipasi dan men- gambil langkah yang tepat dalam memberikan bimbingan dan bantuan serta dorongan bagi putra-putrinya. Selain itu dengan informasi hasil penilaian yang benar, orangtua dapat secara akurat mengetahui kemampuan, kekurangan dan kedudukan siswa secara ril di kelasnya. Bagi pengelola program pendidikan, hasil penilaian merupakan masukkan yang sangat berarti yang dapat digunakan untuk bahan kajian dalam membantu guru meningkatkan kompetensi profesionalnya, khususnya dalam bidang penilaian. Hasil penilaian yang komprehensif dapat juga dugunakan untuk tujuan dan kebutuhan lain misalnya penentuan status siswa, pengelompokkan, seleksi, diagnosis dan bimbingan, serta menyempurnakan pen-galaman pendidik, atau penelitian.
Prinsip penilaian
Hasil kegiatan penilaian dapat memberikan manfaat yang optimal jika di-lakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip penilaian sebagaimana ditetapkan oleh pedoman formal penilaian dari pemerintah (Depdikbud, 1994:5), yakni dilak-sanakan secara menyeluruh, berkesinmabungan, berorientasi pada tujuan, obyek-tif, terbuka serta mempertimbangkan aspek kebermaknaan. Peneilian yang dilaku-kan secara menyeluruh artinya informasi yang dikumpulkan melalui proses penilaian menyangkut seluruh aspek kepribadian siswa. Dalam pedoman penilaian di SD ditegaskan bahwa penilaian dikatakan menyeluruh jika mampu mengung-kap aspek produk dan proses belajar anak, yakni menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan proses peserta didik.
Target hasil belajar yang diharapkan terjadi pada diri siswa setelah ber-langsungnya proses pembelajaran tertuang dalam tujuan, baik tujuan pembela-jaran umum maupun tujuan pembelajaran khusus. Oleh karena proses penilaian bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat ketercapaian tujuan pembela-jaran, maka dalam melakukan penilaian harus selalu berorientasi pada tujuan; mengingat antara tujuan dan penilaian merupakan komponen sistim pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan. Prinsip penilaian selanjutnya adalah bersifat obyektif, artinya dalam mela-kukan penilaian terhadap hasil belajar siswa, guru berusaha untuk meminimalisasi faktor subyektivitas. Menurut Ign. Masidjo (1995: 25) obyektivitas pelaksanaan penilaian dapat dicapai dengan menaati aturan-aturan yang telah ditetapkan. Penilaian yang didasarkan atas kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelum-nya dapat mengurangi faktor subyektivitas dalam melakukan penilaian.
Agar hasil penilaian dapat memberikan manfaat baik kepada guru, siswa, orang tua maupun pihak sekolah, maka penilaian hendaknya dilakukan secara ter-buka. Maksudnya baik proses maupun hasil penilaian hendaknya diinformasikan kepada pihak-pihak terkait, sehingga hasil penilaian memiliki kebermaknaan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Konsep Dasar Asesmen
Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pen-gumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembela-jaran sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan oleh guru untuk mem-perbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et al., 1992:95; Popham, 1995:3). Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengeta-huan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun infor-mal, sebagaimana dikemukakan oleh Corner (1991:2-3) sebagai berikut.
A general term enhancing all methods customarily used to appraise per-formance of an individual pupil or group. It may refer to a broad ap-praisal including many sources of evidence and many aspect of pupil's knowledge, understanding, skills and attitudes; An assessment instrument may be any method and procedure, formal or informal, for producing in-formation about pupil . . . .
Pengertian asesmen dalam berbagai literatur asing selaras dengan makna penilaian yang digariskan dalam Buku Pedoman Penilaian pada kurikulum pen- didikan dasar. Dalam buku tersebut tertulis bahwa, penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai. (Depdikbud, 1994:3). Jadi asesmen pembelajaran adalah penilaian berupa mekanisme pengumpulan dan penyampaian informasi berkaitan dengan aspek-aspek pembelajaran. Dimulai dari bentuknya yang konvensional seperti tes tertu-lis, hingga bentuk alternatif yang lebih maju.
Ada pun yang dimaksud dengan asesmen alternatif (alternative assess-ment) adalah segala jenis bentuk asesmen diluar asesmen konvensional (selected respon test dan paper-pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap secara langsung proses dan hasil belajar siswa. Herman (1997) memberikan sem-boyan khusus bagi asesmen alternatif dengan ungkapan "What You Get is What You Assess" (WYGWYA). Dalam beberapa literatur, asesmen alternatif ini ka-dang-kadang disebut juga asesmen autentik (authentic assessment), asesmen por-tofolio (portfolio assessment) atau asesmen kinerja (performsnce assessment). (Herman, 1997:197-198; Niemi, 1997:243; Harlen, 1992:6; Marzano, et al., 1993:13; Popham, 1995:142)
Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom as-sessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan prope-sional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan untuk antara lain untuk:
(1) mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
(2) memonitor kemajuan siswa,
(3) menentukan jenjang kemampuan siswa,
(4) menentukan efektivitas pembelajaran,
(5) mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,
(6) mengevaluasi kinerja guru kelas,
(7) mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru
Setiap penggunaan asesmen alternatif bentuk apapun dicirikan oleh hal-hal berikut: (1) menuntut siswa untuk merancang, membuat, menghasilkan, men-gunjukkan atau melakukan sesuatu; (2) memberi peluang untuk terjadinya ber-pikir kompleks dan/atau memecahkan masalah; (3) menggunakan kegiatan-kegiatan yang bermakna secara instruksional; (4) menuntut penerapan yang auten-tik pada dunia nyata; (5) pensekoran lebih didasarkan pada pertimbangan manusia yang terlatih daripada mengandalkan mesin. Untuk memperoleh asesmen dengan standar tinggi, maka penggunaan asesmen harus: relevan dengan standar atau ke-butuhan hasil belajar siswa; adil bagi semua siswa; akurat dalam pengukuran; berguna; layak dan dapat dipercaya. (Herman,1997:198)

Agar penggunaan asesmen dalam kelas sesuai dengan pembelajaran dan dapat meningkatkan pembelajaran tersebut Cottel (1991) menggagaskan 5 petujuk bagi guru penggunaan asesmen dalam kelas. Kelima petunjuk tersebut adalah: pertama, senantiasa menganggap bahwa pembelajaran terus berlangsung; kedua, selalu meminta siswa untuk menunjukkan bukti-bukti bagaimana mereka belajar; ketiga, memberi siswa umpan balik tentang respon kelas serta rencana pengajar tentang respon tersebut; keempat, melakukan penyesuaian-penyesuaian yang tepat untuk meningkatkan pembelajaran; dan kelima, menilai ulang bagaimana penye-suaian-penyesuaian tersebut bekerja cukup baik.
Asesmen Otentik
Sebagaimana telah diulas pada bagian terdahulu dari buku ini, pada haki-katnya pembelajaran sains terdiri dari tiga dimensi meliputi; (1) sains sebagai pro-duk (fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum); (2) sain sebagai proses (metode atau cara kerja ilmiah) dan;(3) sains sebagai sikap (sikap yang mendasari cara ber-tindak atau berproses). Ketiga dimensi tersebut sama pentingnya dan sebagai ke-bulatan yang utuh dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, hasil belajar sains sebagai akibat proses pembelajaran, harus dinilai secara otentik dan menyeluruh meliputi ketiga dimensi tersebut. Penilaian tersebut dilakukan untuk dapat meyak-inkan bahwa siswa dapat menunjukkan kemampuannya secara aktual dan menyeluruh selama dan setel berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian penilaian otentik dilakukan berdasarkan asas keseimbangan antara kegiatan penilaian dan proses pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa “assessment driven teaching-learning process”. Sehingga jika penilaian yang dilakukan telah meliputi ketiga dimensi sains maka pembelajaranpun diharapkan akan meliputi ketiga dimensi sains tersebut.
Puckett dan Black (1994) (dalam BPTP, 2004:2) menjelaskan bahwa tek-nik dan strategi penilaian otentik dapat dilakukan dengan formal dan informal. Dalam penilaian formal biasanya menggunakan tes-tes standar, sedangkan infor-mal menekankan pada penilaian otentik 4P, yaitu penampilan (performance), proses, produk, dan portofolio. Arends (1997:284) mengartikan penilaian otentik sebagai proses penilaian performance siswa dalam melaksanakan tugas-tugas ter-tentu dalam situasi nyata. Mc. Tighe (1995) juga menegaskan bahwa penilaian otentik mencari dan mengumpulkan serta mensintesis informasi kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan proses dalam situasi nyata. Penilaian otentik merupakan metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyele-saikan tugas-tugas, menyelesaikan masalah atau juga mengekspresikan pengeta-huannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata.
Penilaian otentik bertujuan untuk menyediakan informasi yang absah/valid dan akurat mengenai hal yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa. Aktifitas siswa terdiri dari aktivitas nyata yang dapat diamati dan aktifitas tersembunyi yang tidak dapat diamati seperti berpikir, dan tanggapan siswa terha-dap pengalaman tertentu. Aktifitas ini dapat meliputi keduanya baik nyata mau-pun tersembunyi, yang pada dasarnya meliputi 3 aspek: kognitif, yaitu proses mengetahui dan berpikir, afektif atau perasaan dan emosi, serta psikomotor, yaitu keterampilan. Penilaian otentik ini juga sering dikenal dengan istilah penilaian alternatif atau penilaian lembar kerja yang kesemuanya ini merupakan upaya mendeskripsikan bentuk-bentuk penilaian yang lebih bermakna. Melalui cara ini fokus penilaian bergeser dari peserta didik “beraktifitas untuk mendapatkan nilai dengan menjawab atau memilih jawaban” menjadi “beraktifitas untuk menunjuk-kan apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan”.
Menunjuk pada pembelajaran yang berorientasi pada pembekalan kecaka-pan hidup (life skill) dengan pembelajaran kontekstual diperlukan metode penilaian kontekstual, yaitu penilaian dalam bentuk perilaku peserta didik dalam menerapkan apa yang dipelajarinya secara nyata. Wiggins (1993:706) menyatakan bahwa penilaian yang tidak kontekstual kurang validitasnya. Pengembangan penilaian yang valid dan otentik berorientasi tehadap hal yang telah dpahami siswa. Stiggins (1994:15) menyatakan dalam salah satu prinsip penilaian “assess-ment as instruction” bahwa “assessment and teaching can be one the same”. Den-gan demikian penilaian otentik harus dipahami dan dilakukan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Dalam konteks tersebut, penilaian dila-kukan untuk mendukung upaya peningkatan mutu proses pembelajaran.
Berbagai cara atau metode dalam melakukan penilaian otentik antara lain dengan observasi, simulasi, tugas, praktek, self report dan sebagainya (Wick:1987 dalam BPTP). Untuk menilai aspek keterampilan dapat juga digunakan penilaian yang berupa penyelesaian tugas ilmiah atau berupa tes praktek dengan komponen penilaian terdiri dari lembar tugas, format jawaban, dan sistim penyekoran (Ruiz Primo, 1996:1047). Berdasarkan paparan diatas maka model penilaian otentik yang dimaksudkan untuk menilai proses sains siswa dapat dikembangkan melalui pola penyelesaian tugas ilmiah dengan perangkat penilaian berupa lembar tugas, format jawaban atau penyelesaian tugas, dan sistim penyekoran (rubrik).
Penilaian otentik memuat instrumen yang mengharuskan siswa untuk mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Dalam pembelajaran sains lebih ber-hubungan dengan dimensi proses atau kerja ilmiah. Berikut adalah salah satu con-toh pengembangan dan penerapan penilaian otentik untuk menilai hasil pembela-jaran sains dengan langkah sebagai berikut:
a) Penyusunan Tugas Mengidentifikasi dimensi produk, keterampilan proses, dan sikap sains. Mer-ancang tugas-tugas dan disusun dalam format lembar tugas siswa (LTS). Me-netapkan kriteria keberhasilan.
b) Penyusunan Rubrik (kriteria penilaian) Menetapkan dimensi yag diukur; menetapkan definisi dan contoh yang meru-pakan penjelasan dari setiap dimensi; menetapkan skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi; enetapkan standar untuk setiap skala (deskripsi gradasi).
Reliabilitas dan Validitas dalam Penilaian Otentik
Salah satu ciri penilaian otentik adalah adanya ketergantungan terhadap pertimbangan manusia (guru) dalam menentukan skor terhadap asoek kinerja (performansi) siswa yang dinilai. Kenyataan ini menyebabkan tidak dapat dihin-darinya faktor subyektivitas penilaian terhadap performansi siswa, mengingat per-sepsi atau interpretasi seseorang dalam memandang sesuatu cenderung berbeda meskipun dalam waktu dan momen yang sama.
Agar tercapai penilaian otentik yang reliabel, diperlukan upaya untuk meminimalkan adanya faktor penyebab perbedaan keputusan penskoran terhadap kinerja yang sama. Reliabilitas (konsistensi) dalam penskoran sangat dituntut demi keadilan bagi peserta didik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain penetapan kriteria yang jelas, pemahaman yang seragam dari sejumlah penilai ter-hadap kriteria, proses pengukuran tidak hanya dilakukan oleh satu orang, tidak menangguhkan penilaian, serta dilakukan konsesus secara berulang terhadap pe-mahaman kriteria (Herman, 1992).
Selain penggunaan instrument penilaian otentik harus konsisten, diperlu-kan juga instrumen asesmen otentik yang sahih (valid). Validitas (kesahihan) in-strumen asesmen kinerja berkaitan dengan kesesuaian antara instrumen tersebut dengan aspek-aspek yang hendak dinilai. Menurut Wayan Nurkancana (1986:127) alat ukur dapat dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Berkaitan dengan hal ini, cermati kembali pemba-hasan tentang validitas dan reliabilitas penilaian.
Asesmen Otentik: asesmen alternatif untuk setiap hasil belajar
Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan keberhasi-lan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran. Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin di-capai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Stiggins (1994:3,67) mengemukakan lima kategori target hasil belajar yang layak dijadi-kan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut adalah:
(1) Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pen-getahuan suatu mata pelajaran
(2) Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam meng-gunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan memecahkan suatu masalah.
(3) Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang ber-hubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan pengeta-huan.
(4) Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan
(5) Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan.
Berdasarkan lima kategori hasil belajar tersebut di atas, Stiggins (1994: 83) menawarkan empat jenis metode asesmen dasar. Keempat metode asesmen tersebut adalah:
(1) Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda (multi-ple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau menco-cokkan (matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in items)
(2) Essay Assessment, dalam asesmen ini siswa diberikan beberapa persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa paparan dari solusi terhadap persoalan tersebut.
(3) Performance Assessment, merupakan pengukuran langsung terhadap prestasi yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran. Asesmen ini terutama didasarkan pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan, sikap, dan produk ditunjukkan oleh siswa.
(4) Personal Communication Assessment, termasuk ke dalamnya adalah pertan-yaan-pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran, wawancara, per-bincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.
Berdasarkan pengertian asesmen alternatif sebagaimana dikemukakan terdahulu, maka kategori asesmen dari Stiggins yang cenderung dapat dipandang sebagai jenis asemen alternatif adalah Performance Assessment dan Personal Communication Assessment.
Performance Assessment dan Personal Communication Assessment ber-cirikan pengukuran secara langsung (direct) dan autentik terhadap pembelajaran. Yang menjadi objek Performance Assessment (asesmen kinerja) ini adalah segala yang berkaitan dengan 'observabel performance' dari siswa. Kinerja yang me-mungkinkan untuk diobservasi mungkin saja berkenaan dengan proses kognitif yang kompleks semisal melakukan analisis, memecahkan masalah, melakukan percobaan, membuat keputusan, mengukur, bekerja sama dengan yang lain, pern-yataan oral, atau mengunjukkan suatu produk. Lebih kompleks lagi kedua jenis asesmen tersebut dapat digunakan untuk mengases cara berpikir (habit of mind), cara bekerja, dan perilaku nilai (behaviors of value) dari siswa dalam kehidupan nyata. Penggunaan jenis asesmen seperti ini sangat berkesuaian dengan efektivitas pembelajaran. (Borich, 1996:634-640; Baker, 1997:248). Marzano, et al. (1993: 1-5,18) mendasarkan penggunaan performance assessment terhadap lima dimensi belajar yang digagaskannya. Kelima dimensi ini adalah: dimensi pertama, sikap dan persepsi yang positif tentang belajar (posi-tive attitudes and perception about learning); dimensi kedua, perolehan dan pen-gintegrasian pengetahuan (acquiring and integrating knowledge); dimensi ketiga, perluasan dan penajaman pengetahuan (extending and refining knowledge); di-mensi keempat; penggunaan pengetahuan secara bermakna (using knowledge meaningfully); dimensi Kelima, kebiasaan berpikir yang produktif (productive habits of mind).
Performance Assessment: Contoh alternatif Asesmen Otentik
Penilaian kinerja (performance assessment) merupakan salah satu alter-natif penilaian yang difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu: Observasi proses saat berlangsungnya unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta atau produk. Penilaian bentuk ini dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktivitas di kelas atau menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan tujuan pembela-jarannya. Kecakapan yang ditampilkan siswa adalah variabel yang dinilai. Penilaian terhadap kecakapan siswa didasarkan pada perbandingan antara kinerja siswa dengan target yang telah ditetapkan. Proses penilaiannya dilakukan mulai persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir yang dicapainya (Dep-dikbud, 1993: 8). Sejalan dengan pendapat tersebut, Popham (1994: 139) menge-mukakan bahwa: "Performance assessment is approach to measuring a student's status based on the way that the student completes a specified task". Stiggins (1991: 85) mengemukakan bahwa dalam penilaian kinerja siswa, guru menghen-daki respon yang "authentic" atau yang asli berupa aktivitas yang dapat dia-mati.Tugas yang diberikan bisa dalam bentuk lisan atau tertulis, yang jenis tugas-nya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Menurut Popham (1994: 141) penilaian terhadap kinerja siswa setidaknya memiliki tiga sifat, yaitu: kriteria ganda (multiple criteria), standar kualitas yang telah dispesifikasi (specified qual-ity standards) dan penaksiran penilaian (judgmental appraisal).
Dalam penilaian kinerja, target pencapaian hasil belajar yang dapat diak-ses meliputi aspek-aspek: 1) Knowledge; 2) Reasoning; aplikasi pengetahuan dalam berbagai konteks pemecahan masalah; 3) Skill; kecakapan dalam berbagai jenis keterampilan komunikasi, visual, karya seni, dan lain-lain; 4) Product; dan 5) Affect; berhubungan dengan perasaan, sikap, nilai, minat, motivasi (Stiggins, 1994: 171). Diantara kelima target tersebut, reasoning, skill dan karya cipta me-rupakan target hasil belajar yang cocok dan efektif diukur dengan penilaian kinerja. Untuk dapat menilai keterampilan (skill) dan karya cipta siswa diperlukan alat ukur kinerja siswa yang disebut dengan tes kinerja. Menurut Yacobs (1992:137), jenis tes ini menyediakan cara mengukur skill dan kemampuan lain yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis.
Dalam pedoman penilaian di SD, dinyatakan bahwa penugasan tes kinerja disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan proses penilaiannya dilakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir (Depdikbud, 1994:8). Sebagai alat penunjang dalam melaksanakan tes perbuatan digunakan lembar observasi atau sebuah format pengamatan kinerja atau penam-pilan siswa. Dalam lembar pengamatan tertera aspek-aspek yang diamati sesuai dengan target pembelajarannya. Berdasarkan deskriptor-deskriptor yang nampak selama proses pengamatan, ditentukanlah skor kinerja siswa dengan berpedoman pada kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengembangkan metode ini adalah: kejelasan karakter penampilan yang akan dinilai, pengembangan tugas atau latihan (sifat, materi, jumlah), dan prosedur penskoran meliputi teknik, pen-catatan hasil, identifikasi dan keterampilan penilaian. Sebagai contoh, aspek-aspek kinerja iswa apa saja yang akan dinilai? Sifatnya individual atau kelompok? Prosedur penyekorannya menggunakan skala, rubrik atau catatan harian? Bagai-mana kriteria penilaian dari masing-masing aspek kinerja siswa? Selain itu sangat dibutuhkan pelibatan siswa secara penuh mulai dari perencanaan, pengembangan dan penggunaannya.
Standar untuk tugas-tugas sebelumnya harus ditetapkan secara jelas terma-suk juga identifikasi prestasi yang harus didemonstrasikan, kondisi demonstrasi dan standar kualitas yang ditetapkan. Demikian pula kriteria penilaian dari tiap-tiap kinerja siswa yang akan diamati harus sudah dimengerti dan disepakati ber-sama siswa. Melalui cara tersebut, penilaian terhadap kinerja siswa dapat dirasa-kan lebih terbuka dan adil bagi semua siswa, karena siswa mempunyai acuan yang jelas dalam mengerjakan tugas dari guru.
Tugas-tugas (Task) dalam Asesmen Kinerja
Penyelenggaraan penilaian jenis apa pun menuntut adanya kegiatan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas secara jelas. Menurut Marc Tucker (dalam Mar-zano, 1993:15), guru tidak dapat menilai kinerja siswa tanpa memberikan tugas-tugas kepada siswa; begitu juga guru tidak dapat menilai tingkat prestasi siswa tanpa adanya bukti otentik adanya tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara nyata. Dengan demikian apabila asesmen kinerja diterapkan guru, maka dengan sendir-inya siswa terberi kesempatan untuk mengungkapkan pengetahuan sebelumnya, menunjukkan penguasaan terhadap pengetahuan dan keterampilan baru dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Tugas-tugas kinerja dalam pengajaran Sains di SD hendaknya dipilih atau diciptakan secara menarik dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan ting-kat perkembangan siswa. Hal demikian diduga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran yang memiliki ka-dar on-task, hands-on, dan minds-on yang relatif tinggi.
Dalam menerapkan penilaian terhadap kinerja siswa perlu diperhatikan empat komponen berikut ini: (1) tugas-tugas menghendaki siswa menggunakan pengetahuan dan proses yang telah mereka pelajari; (2) ceklis yang mengidentifi-kasi aspek-aspek yang diamati; (3) seperangkat deskripsi dari suatu proses yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keseluruhan kinerja; (4) contoh-contoh dengan mutu yang baik sebagai model dari pekerjaan yang harus dikerjakan siswa (Moh. Nur, 1997: 2).
Penetapan Kriteria
Kriteria perlu ditetapkan karena mempunyai kegunaan untuk menentukan validitas, keadilan dan konsistensi penilaian. Menurut para ahli psikomotor, krite-ria yang paling penting yang dapat digunakan untuk menilai tugas-tugas berkaitan dengan kinerja siswa adalah faktor kesamaan (Popham, 1994: 147). Selanjutnya dikemukakan bahwa ada tujuh kriteria penilaian yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih salah satu tugas kinerja atau menciptakan tu-gas-tugas dalam penilaian kinerja. Ketujuh kriteria tersebut adalah: keumuman (generalizability), keaslian (authenticity), berfokus ganda (multiple foci), keadi-lan (fairness), bisa tidaknya diajarkan ( teachability), kepraktisan (feasibility) dan bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor (scorability). Untuk setiap kriteria yang dipilih, skala angka secara khusus dapat digunakan, sehingga kriteria untuk setiap respon siswa mungkin ditetapkan skala, 0 (nol) hingga 6 (enam). Menurut Po-pham (1994: 149), kadang-kadang skala ini dilengkapi dengan penjelasan atau gambaran verbal, kadang-kadang tidak. Untuk menentukan reliabilitas pada penilaian kinerja, perlu dilakukan kesepakatan dalam menetapkan kriteria yang sama oleh sejumlah tenaga profesional yang memiliki keterampilan, wawasan dan pengalaman yang memadai. Dalam proses penilian kinerja, sebaiknya siswa men-getahui aspek-aspek apa saja yang akan dinilai berikut kriteria penilaiannya.
Reliabilitas dan Validitas dalam Penilaian Kinerja
Salah satu ciri penilaian kinerja adalah ketergantungan terhadap pertimbangan manusia (guru) dalam menentukan skor terhadap kinerja siswa. Kenyataan ini menyebabkan tidak dapat dihindarinya faktor subyektivitas penilaian terhadap performansi siswa, mengingat persepsi atau interpretasi seseorang dalam meman-dang sesuatu cenderung berbeda meskipun dalam waktu dan momen yang sama.
Agar tercapai penilaian kinerja yang reliabel, diperlukan upaya untuk meminimalkan adanya faktor penyebab perbedaan keputusan penskoran terhadap kinerja yang sama. Reliabilitas (konsistensi) dalam penskoran sangat dituntut demi keadilan bagi peserta didik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain penetapan kriteria yang jelas, pemahaman yang seragam dari sejumlah penilai ter-hadap kriteria, proses pengukuran tidak hanya dilakukan oleh satu orang, tidak menangguhkan penilaian, serta dilakukan konsesus secara berulang terahadap pemahaman kriteria (Herman, 1992). Selain pengukuran yang konsisten, diperlukan juga alat ukur yang sahih (valid). Validitas (kesahihan) alat ukur berkaitan dengan kesesuaian antara alat ukur dengan aspek-aspek yang hendak diukur. Menurut Wayan Nurkancana (1986:127) alat ukur dapat dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat men-gukur dengan tepat apa yang hendak diukur.
Hasil pengukuran dapat memberikan informasi yang akurat, jika sebelum alat ukur digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi isi dan validasi konstruk terhadap alat ukur yang digunakan. Menurut Ign. Masidjo (1995:242) suatu alat ukur dinyatakan memiliki validitas isi jika alat ukur tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila materi alat ukur terse-but betul-betul merupakan materi yang representatif terhadap materi yang akan diukurnya. (Wayan Nurkancana, 1986:129).
Menurut Gronlund (dalam Bistok, 1985:231) tes yang tinggi validitas is-inya dapat dibuat dengan: (1) mengidentifikasi topik pokok bahasan dan hasil tingkah laku yang akan diukur; (2) membuat tabel spesifikasi yang merinci sam-pel butir pertanyaan/tugas yang akan digunakan; (3) membuat instrumen penilaian yang paling mendekati tabel spesifikasi tersebut. Dari segi validitas konstruk, yang diutamakan adalah adanya kecocokan konstruk perilaku yang dicakup oleh instrumen pengukuran dengan yang ditentu-kan dalam sasaran yang ditargetkan (Cangelosi, dalam Lilian, 1990:25). Untuk dapat membuat alat ukur yang memenuhi validasi isi maupun validasi konstruk, dapat dilakukan evaluasi berdasarkan "penimbangan" profesional oleh sekelom-pok pakar (Nuryani, dkk. 1992:11; Nana Sudjana, 1995:13).
Penilaian Kelas: Penilaian Berbasis Kompetensi
Pelaksanaan Kurikulum yang berbasis kompetensi ini menghendaki adanya perubahan kegiatan pembelajaran di kelas, baik dalam cara guru mengajar maupun dalam melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Dengan pene-kanan pada penguasaan kompetensi, maka jenis penilaian juga harus disesuaikan dengan kekhasan masing-masing kompetensi. Bentuk penilaian yang lama (model pilihan ganda) untuk menilai semua mata pelajaran yang selama ini digunakan oleh guru tidak bisa digunakan untuk menilai kompetensi yang beragam.
Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis kom-petensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas di-laksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar. Penilaian dapat di-lakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar ke-las, terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis (paper and pencil test), penilaian hasil kerja siswa melalui kumpulan hasil kerja (karya) siswa (portofolio), penilaian produk 3 dimensi, dan penilaian unjuk kerja (performance) siswa. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan me-lalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan peng-gunaan informasi tentang hasil belajar siswa.
Penilaian yang dilakukan guru memiliki ragam tujuan, antara lain untuk grading (membedakan kedudukan hasil kerja siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam satu kelas), alat seleksi (memisahkan antara siswa yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak, atau untuk menentukan seorang siswa dapat ma-suk atau tidak di sekolah tertentu), menguasai kompetensi (menentukan apakah seorang siswa telah menguasai kompetensi tertentu atau belum), bimbingan (mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami dir-inya, membuat keputusan yang harus dilakukan siswa, atau untuk menetapkan penjurusan), alat prediksi (mendapatkan informasi yang digunakan untuk mem-prediksi kinerja siswa pada pendidikan berikutnya) dan alat diagnosis (melihat kesulitan belajar atau dalam hal apa siswa memiliki prestasi untuk menentukan perlu remediasi atau pengayaan). Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penilaian berbasis kelas, jenis penilaian diagnosis, bimbingan, dan pencapaian penguasaan kompetensi harus menjadi perhatian utama guru pada setiap kali mengajar. Guru dituntut mampu melaksanakan penilaian mulai dari awal sampai akhir proses belajar mengajar. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses yang dilakukan guru melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan penggunaan infor-masi tentang hasil belajar siswa.
Jadi, peran penilaian berbasis kelas adalah memberikan masukan atau in-formasi secara komprehensif tentang hasil belajar siswa dilihat ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung hingga hasil akhirnya dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dicapai siswa. Dengan demikian Penilaian Kelas merupakan penilaian yang dilakukan guru baik yang mencakup aktivitas penilaian untuk mendapatkan nilai kualitatif maupun aktivitas pengukuran untuk mendapatkan nilai kuantitatif (angka). Perlu diingat bahwa penilaian kelas dilakukan terutama untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang dapat digunakan sebagai diagnosis dan masukan dalam membimbing siswa dan untuk menetapkan tindak lanjut yang perlu dilakukan guru dalam rangka meningkatkan pencapaian kompetensi siswa.

Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan

a. Pengukuran

Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang lain (Anas Sudijono, 1996: 3) Jika kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, atau mengukur jarak kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat kedalam angka. Karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif

Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2) pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta (3) pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya.


Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.
Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur.

Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif obyek.

b. Penilaian

Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.

Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.

Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan penilaian dibidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang namun waktunya bisa berbeda.

Penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jika seseorang mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan memberikan gambaran dimana posisinya jika dibandingkan dengan orang lain yang mengikuti tes tersebut. Adapun acuan kriteria dipergunakan untuk menentukan kelulusan seseorang dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini biasanya digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang. Seseorang yang dikatakan telah lulus berarti bisa melakukan apa yang terdapat dalam kriteria yang telah ditetapkan dan sebaliknya. Acuan kriteria, ini biasanya dipergunakan untuk ujian-ujian praktek.
Dengan adanya acuan norma atau kriteria, hasil yang sama yang didapat dari pengukuran ataupun penilaian akan dapat diinterpretasikan berbeda sesuai dengan acuan yang digunakan. Misalnya, kecepatan kendaraan 40 km/jam akan memiliki interpretasi yang berbeda apabila kendaraan tersebut adalah sepeda dan mobil.

c. Evaluasi

Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.

Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.

Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu: (1) sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap akhir program tersebut, (2) dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan (3) kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran.

Penilaian Pendidikan

PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Sedangkan, Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai "setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai". Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.
Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi
meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.
Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

RUANG LINGKUP
Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok, yaitu : evaluasi makro (program) dan evaluasi mikro (kelas). Secara umum, evaluasi terbagi dalam tiga tahapan sesuai proses belajar mengajar yakni dimulai dari evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi output.
Setiap jenis evaluasi memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain. Evaluasi input mencakup fungsi kesiapan penempatan dan seleksi. Evaluasi proses mencakup formatif, diagnostik dan monitoring, sedangkan evaluasi output mencakup sumatif.
Fungsi kesiapan penempatan dan seleksi adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program tersebut. Fungsi seleksi yaitu penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, seperti ujian saringan masuk perguruan tinggi tertentu dengan berdasarkan kriteria tertentu.
Fungsi formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Adapun fungsi diagnostik dan monitoring adalah penilaian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan kelemahan siswa dan faktor yang menjadi penyebab serta menetapkan cara untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Fungsi surnatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, dengan tujuan untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Dengan kata lain berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh suatu proses pendidikan telah mencapai tujuan yang telah ditentukan.


EVALUASI PROGRAM
Para ahli evaluasi telah mengembangkan beberapa jenis evaluasi program. Jenis evaluasi program tersebut sangat beragarn dan variatif, namun kesemuanya dapaat ditsimpulkan bahwa pada akhirnya hasil dari evaluasi digunakan sebagai kepentingan pengambilan keputusan. Berikut ini diuraikan berbagai jenis evaluasi program yang samappai saat ini masih digunakan, sebagai berikut:

CIPP (Context Input Process Product)
CIPP merupakan salah satu evaluasi program yang dapat dikatakan cukup niemadai. Model ini telah dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebearn dkk (1967) di Ohio State University. CIPP merupakan akronim, terdid dari : context evaluation, input evaluation, process evaluation dan product evaluation dan setiap tipe evaluasi terikat pada perangkat pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasi sebuah program.

Evaluasi Konteks
Meliputi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang dilaksanakan, yang secara khusus berpengaruh pada konteks masalah yang menjadi komponen dalam piogram. Evaluasi konteks menjelaskan atau menggambarkan secara jelas tentang tujuan program yang akan dicapai. Secara singkat dapat dikatakan evaluasi konteks; merupakan evaluasi terhadap kebutuhan, yaitu memperkecil kesenjangan antara kondisi aktual dengan kondisi yang diharapkan.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pernenuhan dan karakteristik individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan program. Menurut Gilbert Sax, evaluasi konteks merupakan pengambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program. Evaluasi konteks terutama berhubungan dengan intervensi yang dilakukan dalam program.

Untuk memudahkan memahami evaluasi konteks, evaluator dapat menjawab pertanyaan pertanyaan sebagai berikut :
1) Kebutuhan kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan program ?
2) Tujuan program apa saja yang menjadi prioritas pencapaiannya ?
3) Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ?
4) Tujuan tujuan manakah yang paling mudah dilaksanakan ?
5) Tujuan tujuan program manakah yang benar benar sangat diinginkan masyarakat ?

Dalam menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, stufflebleam memberikan saran sebagai berikut, misalnya dalam menentukan kebutuhan yang belum terpenuhi dengan meninjau kembali tujuan program kemudian menilai pelaksanaan program. Dan kedua hal ini diketahui kesenjangannya. Hal itulah yang menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi.

Evaluasi Masukan
Meliputi pertimbangan tentang sumber dan strategi yang akan digunakan dalam upaya mencapai suatu program. Informasi informasi yang terkumpul selama tahap evaluasi hendaknya dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan sumber dan strategi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang di dalam keterbatasan dan hambatan yang ada.
Penilai masukan boleh rnempertimbangkan sumber tertentu apabila sumber-sumber tersebut terlalu mahal untuk dibeli atau tidak tersedia, dan pada pihak lain terdapat alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Demikian juga berkaitan dengan tenaga tenaga yang dapat melaksanakan program dapat diperhitungkan sebagai sumber masukan.
Evaluasi masukan membutuhkan evaluator yang memiliki pengetahuan luas dan berbagai ketrampilan tentang berbagai kemungkinan sumber dan strategi yang akan digunakan mencapai tujuan program. Pengetahuan tersebut bukan hanya tentang evaluasi saja tetapi juga dalam efektifitas program dan pengetahuan subtansi program itu sendiri dan berbagai bentuk dalam pengeluaran program yang akan dicapai.
Menurut Stufflebean evaluasi masukan dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah strategi yang digunakan oleh program sudah sesuai dengan pencapaian tujuan?
2) Apakah sumber sumber termasuk (SDM) yang ada sudah sesuai dengan beban program yang akan dijalankan?
3) Apakah strategi yang diambil ini merupakan strategi yang benar benar sudah disepakati bersama oleh pengelola program?
4) Strategi yang manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah cocok untuk pencapaian tujuan yang lalu?
5) Sumber sumber daya manakah yang benar benar mempunyai kontribusi yang paling dominan?
6) Prosedur dan jadwal khusus manakah yang digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut?
7) Apakah yang dapat dikatakan sebagai ciri khusus dari kegiatan yang dilaksanakan di dalam program dan apa pula akibat yang ditimbulkannya.
8) Bagaimanakah urutan prioritas sumber daya dan strategi yang paling mempunyai kontribusi terhadap pencapaian program?

Evaluasi Proses
Meliputi evaluasi yang telah ditentukan (dirancang) dan diterapkan di dalam pratek (proses). Seorang penilai proses mungkin disebut sebagai pemonitor sistern pengumpulan data dari pelaksanaan program sehari hari. Misalnya saja evaluator harus mencatat secara detail apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan program. Pemonitor harus mempunyai catatan harian dan perkembangan setiap langkah dalarn pelaksanaan program. Tanpa mengetahui catatan tentang data pelaksanaan program tidaklah rnungkin pengambil keputusan menentukan tindak lanjut program apabila waktu berakhir telah tiba. Tugas lain dari penilai proses adalah melihat catatan kejadian kejadian yang muncul selama program tersebut berlangsung dari waktu ke waktu. Catatan catatan semacam itu barangkali akan sangat berguna dalam menentukan kelemahan dan kekuatan atau faktor pendukung serta faktor penghambat program jika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan.

Suatu program yang baik (yang pantas untuk dinilai) tentu sudah dirancang mengenai siapa diberi tanggung jawab dalam kegiatan apa, apa bentuk kegiatannya, dan kapan kegiatan tersebut sudlah terlaksana. Tujuannya adalah membantu penanggung jawab pemantau (monitor) agar lebih mudah mengetahui kelemahan kelemahan program dari berbagai aspek untuk kemudian dapat dengan mudah melakukan remedial atau perbaikan di dalam proses pelaksanaan program.
Stufflebean mengemukakan pertanyaan pertanyaan sehubungan dengan evaluasi proses ini, yaitu :
1) Apakah kegiatan program sudah sesuai dengan jadwal yang ditentukan ?
2) Apakah pelaksana sudah melakukan tugasnya sesuai dengan job-nya ?
3) Komponen apa saja yang belum sesuai dengan rancangan yang telah dibuat ?
4) Target komponen apa saja yang kiranya sulit dicapai dalam pelaksanaan program ? mengapa ? dan bagaimana solusinya ?
5) Perlukah para staf pelaksana diberi orientasi kembali mengenai mekanisme kegiatan program ?
6) Apakah fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola telah sesuai dengan kegunaan fungsinya ? kalau tidak mengapa ?
7) Apakah fasilitas dan bahan penunjang lain telah digunakan secara tepat ?
8) Hambatan hambatan penting apakah yang dijumpai selama pelaksanaan program berlangsung dan perlu diatasi ?

Untuk membantu menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, Stufflebeam mengajukan saran kepada penanggung jawab program agar setiap kali diadakan diskusi yang diikuti oleh para staf pelaksana agar para staf tersebut selalu sadar akan mekanisme program. Disamping itu hambatan hambatan yang timbul selama dalam proses, segera dapat diidentifikasi, dan sambil jalan dapat diatasi dan diperbaiki.
Evaluasi Hasil

Adalah evaluasi yang dilakukan oleh penilai di dalam mengukur keberhasilan pencapaian tujuan tersebut dikembangkan dan diadministrasikan. Data yang dihasilkan akan sangat berguna bagi pengambil keputusan dalam menentukan apakah program diteruskan dimodifikasi atau dihentikan.

Assesment

Falid: Sesuai dengan pernyataan
Kecenderungan penilaian hasil belajar
Penilaian cenderung menitik beratkan kepada keotentikan, relevansi dan kebermaknaan bagi siswa 9student centred assasment) sehingga diperlukan suatu metode pendekatan alternatif penilaian baru yang dapat menciptakan iklim kerja sama terbuka antara guru dan siswa.

Karaktristik penilaian
1. Penilaian merupakan bagian dari pembelajaran
2. Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata
3. Menggunakan berbagai instrumen, pengukuran dan metode
4. Komperehensif, otentik, dan berkelanjutan
5. Mengukur semua kompetensi dasar
6. Mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif
7. Dapat dilakukan pada satu/lebih kompetensi dasar
8. Hasil penilaian dianalisis dengan dan ditindak lanuti dengan program remidi atau pengayaan

Teknik Penilaian
1. Unjuk kerha (performance)
2. Penugasan
3. Hasil kerja (product)
4. Tes tertulis (paper dan pen)
5. Portofolio
6. Penilaian sikap

Perbedaan Assasment dan Evaluasi
Assesment Evaluation
Diperoleh oleh guru dan siswa
Memberikan informasi yang diperoleh oleh guru dan siswa Seorang guru menggunakan peralatan untuk menilai ssiwa sehingga informasi dapat digunakan untuk membandingkan antar siswa

Evaluasi: Kumpulan dari assesment untuk memberikan informasi pada suatu lembaga
Contoh: Pengukuran (membandingkan suatu fenomena dengan ukuran standart)
Instrumentnya adalah tes.
Tes: Serangkaian tugas/pertanyaan yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa (sengaja dirancang).
Non tes: siswa tidak wajib menyelesaikan/mengerjakan sesuatu yang tidak sengaja dirancang oleh pengevaluasi
Contoh: menilai aktivitas murid siapa yang paling aktif, tes kinerja dengan tes
2 pandangan: evaluasi, dan assesment: upaya pengolahan evaluasi tentang gejala.
Assesment
1. Konvensional (mengutamakan ranah kognitif)
2. Non konvensional
Portofolio: Kumpulan suatau tugas siswa yang menggambarkan perkembangan siswa
Penilaian sikap = Assesment alternatif
Sikap adalah tanggapan yang diberikan kepada individu terhadap rangsangan.
Nonte: pedoman observasi
Tes: berupa pertanyaan
Psikomotor: Tes dan Non tes

Keuntungan tes formal
Perlakukan cepat
Validitas (valid: tepat): Tes/materi sesuai dengan tujuan bentuk dan konstruksinya tepat (dari segi bahasa, opsi, pengecoh obsi, variasi kunci jawaban yang benar), makna kalimat tidak berbelit – belit.
Konstruk:
1. Siswa yang mengerjakan
2. Indikator apa yang digunakan
3. dengan menggunakan apa, dia mendeskripsikan
4. Sampai tingkat mana
5. Tata bahasa

Reliabilitas: uji proporsi dan daya pembeda: Tes formal dan assesment.
Jika guru matematika mengakses siswa yang bersifat informatif untuk mengetahui pemahaman siswa, maka usaha guru tersebut memberi tes berupa pertanyaan. Dari pertemuan yang dilakukan di dalam kelas, guru mampu mengevaluasi cara mengajarnya selama ini.

Teknik_Portofolio


A.     Portofolio Penilaian
Apakah yang disebut “portofolio”? Ada beberapa macam portofolio. Dalam kalangan seniman misalnya, ada portofolio yang berarti kumpulan hasil karya terbaik seorang seniman, yang sengaja diadakan untuk keperluan pameran. Dalam dunia pendidikan, portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari uasaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Jadi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio.  Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa.  Portofolio demikian disebut juga ‘portofolio untuk penilaian’ atau ‘portofolio penilaian’.
      Sebagai instrumen penilaian, portofolio difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan) oleh siswa. Bagi guru, portofolio menyajikan wawasan tentang banyak segi perkembangan siswa dalam belajarnya: cara berpikirnya, pemahamannya atas pelajaran yang bersangkutan, kemampuannya mengungkapkan gagasan-gagasannya, sikapnya terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, dan sebagainya.  Portofolio penilaian bukan sekedar kumpulan hasil kerja siswa, melainkan kumpulan hasil siswa dari kerja yang sengaja diperbuat siswa untuk menunjukkan bukti tentang kompetensi, pemahaman, dan capaian siswa dalam mata pelajaran tertentu.  Portofolio juga merupakan kumpulan informasi yang perlu diketahui oleh guru sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah perbaikan pembelajaran, atau peningkatan belajar siswa. 
      Portofolio siswa untuk penilaian merupakan kumpulan produksi siswa, yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya:
1.      Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa, yang disajikan secara tertulis atau dengan penjelasan tertulis.
2.      Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan
3.      Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan
4.      Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah, dalam mata pelajaran yang bersangkutan
5.      Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam mata pelajaran atau antarmata-pelajaran
6.      Penyelesaian soal-soal terbuka
7.      Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman-teman sekelasnya
8.      Laporan kerja kelompok
9.      Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam video, alat rekam audio, dan komputer.
10. Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan.
11. Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugas-kan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan)
12. Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan
13. Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis, atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan.
14. Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran

B.     Keuntungan Menggunakan Portofolio
Pengetahuan tidak datang dan masuk ke dalam benak siswa seperti hujan turun dan meresap ke dalam tanah.  Untuk memperoleh pengetahu-an, siswa harus ‘berjuang’ dengan mencerna informasi yang datang dari guru, informasi dari media cetak (bahan tertulis), informasi yang terkandung di dalam benda-benda yang dijumpainya, dan sebagainya.  Oleh karena itu, untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus ‘aktif’, atau ‘belajar secara aktif’.  Oleh karena itu, dalam kelas yang ideal, siswa harus melakukan ‘penyelidikan’ memecahkan masalah, mengeksplorasi gagasan-gagasan dengan menggunakan benda-benda konkret, menggunakan media pembelajaran, mengerjakan hal-hal tersebut secara mandiri dan secara berkelompok, atau dengan bekerja sama dalam kelompok kecil, mengungkap-kan gagasan-gagasan baik secara tertulis maupun secara lisan. 
Agar siswa memahami materi pelajaran, siswa perlu:
1.      berusaha memecahkan masalah nyata yang sesuai dengan perkembangan dan pengalamannya;
2.      bekerja baik mandiri maupun dalam kelompok,
3.      melakukan berbagai kegiatan seperti: menganalisis masalah, menjelaskan masalah, membuat dugaan atau terkaan tentang pemecahan masalah, menilai kebenaran pemecahan masalah, melakukan eksplorasi yang relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan. 
4.      menggunakan pengetahuannya dalam menghadapi masalah-masalah nyata
5.      menggunakan berbagai alat bantu yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman materi pelajaran
6.      mengomunikasikan materi pelajaran secara lisan dan tertulis.
7.      mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran ybs.
Salah satu prinsip pembelajaran adalah “Mulai dari konkret ke abstrak”. 
Prinsip itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi tentang suatu perkara yang dipilihkan oleh guru.  Siswa akan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran dan penilaian, jika siswa juga ikut memilih hal yang harus dieksplorasi, sesuai dengan minatnya atau gaya belajarnya.  Portofolio merupakan tempat bagi siswa untuk secara aktif memilih hal yang dieksplorasi, dan menunjukkan bukti tentang kompetensi siswa, di luar hasil tes.  Dengan kata lain, di samping mengaktifkan siswa, portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dalam penilaian atas dirinya.
     Tes yang lazim pada masa-masa lalu kebanyakan lebih menekankan  pentingnya menilai pemahaman materi pelajaran daripada pengetahuan siswa tentang kaidah, algoritma, prosedur, dan cara berpikir.  Dalam hal pembelajaran yang menuntut penguasaan materi serta pemilikan keterampilan dan sikap yang baik, akan lebih baik jika digunakan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam memecahkan masalah, bernalar, berkomunikasi, melakukan penyelidikan, dan berkreasi. Untuk maksud tyersebut, portofolio merupakan salah satu instrumen yang cocok.  Siswa SLTP, SMU, dan SMK tentu berpendapat bahwa materi pelajaran yang “penting” adalah materi yang diujikan atau yang sering muncul dalam tes.  Dengan portofolio, yang semua isinya akan dinilai, siswa dapat diharapkan akan memberikan perhatian yang tinggi pula kepada bagian-bagian yang tidak diujikan atau tidak masuk dalam tes.  Jika guru ingin agar siswanya suka melakukan penyelidikan atau melakukan eksplorasi, tidak sekedar menghafal, dan siswanya tidak mudah melupakan materi tertentu, maka penggunaan portofolio penilaian merupakan jalan yang cocok untuk maksud itu.
       Belajar merupakan proses yang panjang.  Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman (banyak membaca, banyak merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan banyak masalah, dan sebagainya.).  Pembentukan gambar tentang kompetensi siswa juga memerlukan berbagai instrumen penilaian.  Portofolio yang berisi koleksi produk siswa, dan laporan proses yang dilalui oleh siswa, yang meliputi rentang waktu yang panjang, dapat memberikan gambaran yang relatif lengkap tentang perkembangan dan kompetensi siswa yang bersangkutan. 

Penggunaan portofolio untuk penilaian juga bermanfaat, karena hal-hal berikut.
1.      Portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti” yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas
2.      Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik
3.      Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa
4.      Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa
5.      Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6.      Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.
7.      Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar
8.      Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa
9.      Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran
10. Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
11. Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan

C.     Kelemahan Penggunaan Portofolio
Penggunaan portofolio juga memiliki kelemahan atau menghadapi kesulitan.  Kelemahan atau kesulitan itu, antara lain:
1.      Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraian secara tertulis.  Selama siswa belum lancar berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio akan merupakan beban tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa.
2.      Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari guru untuk melakukan penskoran; apalagi kalau kelasnya besar.
Oleh karena itu, portofolio yang ditugaskan  untuk dibuat perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa berbahasa tulis Indonesia dan waktu yang tersedia bagi guru untuk membacanya.

D.     Perencanaan Portofolio
Agar terarah, pengunaan portofolio harus dilakukan dengan perencanaan yang sistematis, melalui enam langkah di bawah ini.

Langkah pertama: Menentukan maksud atau fokus portfolio
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
·         Mengapa saya (guru) memerlukan portfolio siswa?
·         Sasaran belajar apa atau tujuan kurikuler apa yang ketercapaiannya hendak dinilai dengan portofolio ini?
·         Apakah penilaian dengan portofolio lebih cocok untuk menilai belajar atau tujuan kurikuler tersebut daripada dengan penilaian alternative yang lain?
·         Apakah portofolio itu harus difokuskan pada karya terbaik, atau pertumbuhan (perkembangan) belajar, atau keduanya?
·         Portofolio itu akan digunakan sebagai komponen penilaian formatif ataukah untuk penilaian sumatif, atau keduanya?
·         Siapakah yang menentukan isi portofolio: guru saja, guru dan siswa, atau pihak lain (misalnya siswa, orang tua, dan guru)?

Langkah kedua: Menentukan aspek isi yang dinilai
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
·               Apakah saya (guru) akan menilai hanya karya terbaik siswa, ataukah akan 
   menilai perkembamgannya siswa?
·               Pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa, yang menjadi aspek utama
  untuk dinilai?

Langkah ketiga: Menentukan bentuk, susunan, atau organisasi portofolio.
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
·               Jenis isi apa (karya cipta siswa ataukah catatan laporan kegiatan siswa
   yang harus ada untuk mendapat nilai
·               Apa yang harus ada dalam ‘Daftar Isi’ protfolio, atau apa garis besar isi
  portofolio, yang harus terdapat dalam portofolio?
·               Bagaimana definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi portofolio?

Langkah keempat: Menentukan penggunaan portfolio
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
·               Berapa lama setiap hari siswa diharapkan mengerjakan tugas membuat portofolio itu? (Misalnya 15 menit setiap hari)
·               Bagaimana kaitan antara portofolio itu dan pembelajaran sehari-hari?
·               Siapa yang menentukan jenis isi portofolio itu? (Guru sendiri, guru dan siswa, atau siswa sendiri?)
·               Kapan portofolio itu akan dicermati untuk dinilai?
·               Bagaimana pembobotan nilai portofolio dan komponen penilaian lain, dalam rangka penentuan nilai akhir semester (penentuan nilai rapor)?
·               Apakah guru akan mendiskusikan isi portofolio itu dengan siswa yang bersangkutan?
·               Apakah portofolio itu akan ditunjukkan pula kepada orang tua siswa, kepala sekolah, guru lain, atau siswa lain?

Langkah kelima: Menentukan cara menilai portfolio
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
·               Apakah penskoran portofolio akan dilakukan dengan dua macam rubrik (pedoman) penskoran, yaitu rubrik umum dan rubrik khusus?
·               Apakah rubrik penskoran untuk setiap jenis isi portofolio itu sudah ada?
·               Apakah penilaian portofolio akan dikerjakan oleh guru sendiri, ataukah oleh guru bersama siswa yang bersangkutan?

Langkah keenam: Menentukan bentuk atau penggunaan rubrik
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
·               Apakah nilai portfolio akan dinyatakan sebagai satu skor saja?
Perlu diperhatikan bahwa isi portofolio dapat sangat bervariasi.  Oleh karena itu, guru harus mengarahkan siswa agar portofolio yang dibuat oleh siswa sesuai dengan tujuaan pembelajaran.  Guru sebaiknya menentukan apa yang harus ada di dalam portofolio dan apa yang boleh ada di dalam portofolio; meskipun produk yang istimewa di luar yang ditentukan itu tentu diizinkan untuk dimasukkan ke dalam portofolio.  Penggunaan portofolio juga memberikan kesempatan kepada guru untuk memperluas wawasan, dan memahami siswanya.  Dalam rangka itu, sebaiknya portofolio dibahas dengan sesama guru, kepala sekolah, dan dengan orang tua siswa.



E.      Pemilihan Isi Portofolio
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan isi portofolio, misalnya: siapa yang memilih, bagaimana memilih, bagaimana melibatkan siswa, bagaimana peranan guru, bagaimana kriteria eksternal, kapan harus dipilih, apa yang perlu dilakukan oleh guru terhadap setiap isi.

Siapa yang memilih?
Pihak yang memilih ditentukan oleh tujuan.  Apabila tujuan portofolio lebih pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan belajarnya, maka siswa harus diberi kesempatan juga untuk ikut memilih calon isi portofolio.  Akan tetapi, apabila portofolio lebih ditekankan pada usaha guru untuk menilai dan memperbaiki pembelajarannya, guru harus menen-tukan apa saja yang harus disajikan dalam portofolio.

Bagaimana cara memilih?
Ada beberapa cara menentukan butir-butir yang perlu disajikan dalam portofolio.  Guru dan siswa perlu bekerja sama untuk menentukan butir-butir itu.  Dan setelah ada kesepakatan, perlu dibuat daftar kategori atau pedoman tertulis.

Bagaimana cara melibatkan siswa?
Siswa perlu menjelaskan secara tertulis, mengapa suatu butir atau topik perlu disajikan dalam portofolio masing-masing.  Bila perlu, siswa dan guru dapat melakukan diskusi tentang hal tersebut.

Bagaimana peranan guru?
Di samping membantu siswa, guru perlu mengambil sampel isi portofolio, terutama dalam rangka memahami cara-cara siswa berpikir, bekerja, bekerja sama dalam kelompok, dan bagaimana pemahaman siswa atas materi tertentu berkembang.



Bagaimana kriteria eksternal?
Guru atau pihak lain yang menugasi siswa membuat portofolio dapat menggunakan kriteria tertentu untuk mengetahui cara-cara siswa ‘mendekati’ masalah atau perkara tertentu.  Dalam hal demikian, guru dapat mendiskusikan kriteria itu dengan sesama guru atau dengan pihak luar tersebut.

Kapan harus dipilih?
Waktu kapan butir-butir dipilih untuk dimasukkan ke dalam portofolio tergantung kepada tujuan.  Apabila hasil yang menjadi tujuan, maka hasil kerja terbaik saja, atau hasil kerja terakhir saja yang perlu dimasukkan ke dalam portofolio.  Akan tetapi, kalau kemajuan siswa lebih dipentingkan, maka portofolio harus berisi bukti-bukti tentang perkembangan pengetahuan dan keterampilan siswa atau perkembangan sikap siswa.

Apa yang perlu dilakukan oleh guru terhadap setiap isi?
Selain menilai guru sebaiknya memberikan komentar pada setiap butir isi portofolio, baik yang berupa saran pningkatan belajar, maupun yang berupa pujian atas prestasi siswa yang bersangkutan.

           
F.      Menilai Portofolio
Untuk menilai portofolio harus lebih dulu tersedia rubrik (pedoman terperinci) penilaian.  Penilaian portofolio hendaknya tidak hanya ditekankan kepada keberhasilan siswa dalam memperoleh jawaban yang diinginkan oleh guru, tetapi lebih ditekankan kepada proses berpikir siswa yang terdapat atau tersirat dalam isi portofolio.  Salah satu cara penilaian portofolio, atau pembuatan rubrik, adalah cara dengan menggunakan kriteria berikut.

1.      Bukti terjadinya proses berpikir.
·         Apakah siswa telah menyusun dengan rapi satuan-satuan isi portofolio dan data dalam setiap satuan itu?
·         Apakah siswa telah berusaha membuat dugaan, menjelajah, menganalisis, mencari pola, dsb?
·         Apakah siswa telah menggunakan materi konkret atau gambar untuk menafsirkan dan memecahkan masalah, atau untuk memperoleh hasil penyelidikannya?
·         Apakah siswa telah menggunakan alat bantu lain dalam pemecahan masalah atau penyelidikannya?

2.      Mutu kegiatan atau penyelidikan
·         Apakah kegiatan atau penyelidikan oleh siswa yang dilaporkan dalam portofolio meningkatkan pengetahuan atau pemahaman siswa tentang konsep aatau kaidah tertentu?
·         Apakah kegiatan membuat portofolio meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan konsep, cara, atau kaidah tertentu?
·         Apakah kegiatan membuat portofolio meningkatkan sikap siswa terhadap pelajaran yang bersangkutan?
·         Apakah kegiatan atau penyelidikan itu melibatkan beberapa subpokok bahasan?

3.      Keragaman pendekatan
·         Apakah ada petunjuk yang kuat atau bukti bahwa siswa menggunakan berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah?
·         Apakah ada petunjuk yang kuat atau bukti bahwa siswa melakukan berbagai macam kegiatan atau penyelidikan?

G.     Perencanaan Portofolio oleh Guru
Untuk menugasi siswa membuat portofolio, guru perlu membuat persiapan
sebagai berikut.
1.      Menentukan maksud portofolio: Tentukan apakah portofolio yang Anda tugaskan itu untuk penilaian karya terbaik atau untuk penilaian kemajuan atau perkembangan kompetensi siswa.
2.      Menyesuaikan tugas dengan kurikulum: Agar efektif, tugas kinerja untuk portofolio harus sesuai dengan tujuan yang ditentukan di dalam kurikulum.
3.      Menentukan indikasi: Guru harus menentukan butir-butir apa yang harus terdapat di dalam portofolio, meskipun butir lain tidak dilarang untuk dimasukkan jika siswa berpendapat bahwa tambahan butir itu dapat memberikan tambahan petunjuk tentang kompetensi siswa.
4.      Menentukan format portofolio: Guru harus menentukan format portofolio agar kumpulan karya siswa sistematis dan tidak sulit untuk dinilai.
5.      Pembatasan kuantitas: Agar tidak memberikan beban yang sangat berat bagi guru, maka “panjang” portofolio perlu dibatasi.
6.      Menentukan rubrik: Sebelum portofolio mulai dibuat oleh siswa, guru harus sudah membuat atau mempunyai rubrik (pedoan penskoran) portofolio.

H.     Contoh Tugas
Berikut adalah contoh tugas dari guru kepada siswa untuk membuat portofolio

1.      Contoh tugas untuk membuat portofolio “karya terbaik”.
Kumpulkan dalam satu bendel, karya tulis kamu, untuk menunjukkan karya terbaik kamu dalam pembuatan puisi, laporan kunjungan ke objek wisata, artikel dalam majalah dinding.  Jelaskan mengapa masing-masing merupakan karya terbaik.

2.      Contoh tugas untuk membuat portofolio perkembangan atau kemajuan belajar.
1.      Tuliskanlah uraian tentang kemajuan kemampuanmu menulis cerita/makalah/ laporan (salah satu), selama satu semester terakhir, dengan menceriterakan cara menulis draft awal, cara memperbaiki draft itu, kritikmu atas drafta awalmu, dan penilaianmu atas kemajuan atau perkembangan kemampuanmu itu.
2.      Tuliskanlah pengalamanmu belajar matematika selam satu semester terakhir, meliputi hal-hal yang tidak menarik dan hal-hal yang menarik, serta pengetahuan kamu tentang kegunaan matematika dalam kehidupan atau dalam hal-hal lain.


3.      Contoh tugas untuk membuat portofolio proyek
  1. Tugas membuat dokumentasi. 
Kunjungi perpustakaan, kantor-kantor, dan tempat-tempat yang sesuai, untuk mengumpulkan informasi tentang satu atau beberaapa masalah   Buatlah uraian tentang hasil kunjunganmu, yang mencakup: nama pengumpul informasi, tanggal pengumpulan informasi, masalah yang diselidiki, sumber informasi, uraian terperinci tentang masalah dan informasi yang terkumpul, dan kesimpulanmu, mengenaai masalah tersebut.

  1. Tugas melakukan wawancara
Buatlah uraian tentang hasil wawancara dengan pejabat yang berwewenang mengenai masalah ……., yang mencakup: nama pewawancara, tanggall wawancara, masalah yang diselidiki, maksud wawancara, identitas pejabat yang diwawancarai, informasi tentang masalah yang diselidiki, informasi tentang tindakan memecahkan atau mengatasi masalah tsb. tanggapan pejabat tsb. atas maksud wawancara, kesimpulan dan saran kamu.

I.          Contoh Pedoman Penskoran untuk Portofolio
Ada bermacam-macam bentuk pedoman penskoran untuk menilai portofolio.  Berikut ini disajikan beberapa contoh.

Contoh 1

Pedoman Penskoran Hasil Penyelidikan


1.      Bukti terjadinya proses berpikir.          
·         Apakah siswa telah menyusun dengan rapi satuan-satuan isi
      portofolio dan data dalam setiap satuan itu?
·         Apakah siswa telah berusaha membuat dugaan, menjelajah,
      menganalisis, mencari pola, dsb?
·         Apakah siswa telah menggunakan materi konkret atau gambar
      untuk menafsirkan dan memecahkan masalah, atau untuk
      memperoleh hasil penyelidikannya?
·         Apakah siswa telah menggunakan alat bantu lain dalam
      pemecahan masalah atau penyelidikannya?


[Besarnya skor sama dengan banyaknya indikator yang dipenuhi. Jadi, skor yang mungkin: 0, 1, 2, 3, 4]

2.      Mutu kegiatan atau penyelidikan
·         Apakah kegiatan atau penyelidikan oleh siswa yang dilaporkan
dalam portofolio meningkatkan pengetahuan atau pemahaman siswa tentang konsep aatau kaidah tertentu?
·         Apakah kegiatan membuat portofolio meningkatkan
keterampilan siswa dalam menggunakan konsep, cara, atau
kaidah tertentu?
·         Apakah kegiatan membuat portofolio meningkatkan sikap siswa
      terhadap pelajaran yang bersangkutan?
·         Apakah kegiatan atau penyelidikan itu melibatkan beberapa
subpokok bahasan?
[Besarnya skor sama dengan banyaknya indikator yang dipenuhi. Jadi, skor yang mungkin: 0, 1, 2, 3, 4]

3.      Keragaman pendekatan
·         Apakah ada petunjuk yang kuat atau bukti bahwa siswa menggunakan berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah?
·         Apakah ada petunjuk yang kuat atau bukti bahwa siswa melakukan berbagai macam kegiatan atau penyelidikan?
[Besarnya skor sama dengan dua kali banyaknya indikator yang dipenuhi. Jadi, skor yang mungkin: 0, 2, 4]

Contoh 2

Pedoman Penskoran Hasil Karya dalam Matematika


Aspek
Indikator
Skor
Pengetahuan
Matematika
Menunjukkan pemahaman tentang semua konsep dan prinsip matematis yang terkandung di dalam masalah yang harus dipecahkannya.
Menggunakan istilah dan notasi matematis yang sesuai
Melaksanakan algoritma yang relevan dengan lengkap dan benar
4
Menunjukkan bahwa siswa memahami hampir semua konsep dan prinsip matematis yang terkandung di dalam masalah yang harus dipecahkannya.
Menggunakan istilah dan notasi matematis hampir betul.
Melaksanakan algoritma yang relevan dengan lengkap, tetapi ada kesalahan kecil dalam hitungan.
3
Menunjukkan bahwa siswa memahami sebagian konsep dan prinsip matematis yang terkandung di dalam masalah yang harus dipecahkannya.
Berbuat kesalahan yang agak serius dalam hitungan
2
Tampak bahwa pemahamannnya sangat terbatas tentang konsep dan prinsip matematika yang terkandung di dalam masalah yang harus dipecahkannya.
Keliru atau tidak dapat menggunakan istilah atau notasi matematis sebagaimana yang seharusnya.
Berbuat kekelruan parah dalam hitungan
1
Tidak memahami konsep dan prinsip matematis yang terkandung di dalam masalah yang harus dipecahkannya.
0
Strategi

















Strategi
Menggunakan informasi yang relevan dari luar rumusan masalah yang harus dipecahkannya.
Berhasil mengidentifikasi semua unsur penting di dalam masalah, dan menunjukkan bahwa siswa tahu hubungan yang ada antara unsur-unsur itu.
Mencerminkan penggunaan strategi yang cocok dan sistematik dalam memecahkan masalah.
Penyelesaian masalah yang digunakan jelas dan lengkap prosesnya.
4
Menggunakan informasi yang relevan dari luar rumusan masalah yang harus dipecahkannya.
Berhasil mengidentifikasi sebagian besar unsur penting di dalam masalah, dan menunjukkan bahwa siswa tahu hubungan yang ada antara unsur-unsur itu.
Mencerminkan penggunaan strategi yang cocok dan sistematik dalam memecahkan masalah..
Penyelesaian masalah yang digunakan jelas dan hampir lengkap prosesnya.
3
Berhasil mengidentifikasi beberapa unsur penting di dalam masalah, tetapi tampak bahwa siswa hampir tidak tahu hubungan yang ada antara unsur-unsur itu.
Mencerminkan penggunaan strategi yang cocok, tetapi pemecahan masalah yang dilakukannya tidak sistematis dan tidak lengkap.
2
Menggunakan informasi yang toidak relevan.
Tidak mampu mengidentifikasi unsur-unsur penting di dalam masalah yang harus dipecahkannya.
Menggunakan strategi yang tidak cocok.
Tidak ada kejelasan tentang strategi yang digunanaknnya.  Penyelesaian masalah yang dibuatnya tidak sistematik dan tidak selesai.
1
Ada usaha menggunakan informasi yang tidak relevan.
Tidak mampu mengidentifikasi unsur-unsur penting dalam masalah yang harus dipecahkannya.
Mungkin menulis masalah yang harus dipecahkannya.  Tetapi tidak mampu berusaha memecahkannya.
0



Komunikasi
Memberikan tanggapan yang lengkap, serta uraian yang jelas dan tidak meragukan.
Membuat ganbar atau diagram yang cocok dan lengkap.
Menyampaikan gagasannya dengan jelas.
Menggunakan argumen yang logis dan lengkap.
Memberikan contoh atau contoh-kontra.
4
Memberikan tanggapan yang agak lengkap, serta uraian yang jelas.
Membuat ganbar atau diagram yang cocok dan agak lengkap.
Menyampaikan gagasannya dengan jelas.
Menggunakan argumen yang logis, tetapi agak kurang lengkap.
3
Membuat langkah yang benar dalam memecahkan masalah, tetapi belum selesai.  Di samping itu, penjelasannya agak tidak jelas.
Membuat gambar atau diagram yang salah atau tidak jelas.
Uraian yang dibuatnya tidak jelas, atau sukar dipahami.
Argumennya tidak lengkap atau kurang logis.
2
Membuat sedikit langkah yang benar dalam memecahkan masalah.  Langkah yang lain sulit diikuti.
Membuat diagram atau ganmabar yang salah (tidak relevan dengan masalah yang harus dipecahkannya)
1
Tidak dapat mengutarakan maksudnya. Kalimatnya tidak menggambarkan masalah yang harus dipecahkannya.
Membuat gambar yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah yang harus dipecahkannya.
0





J.       Pembobotan Nilai Portofolio
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menuntut dilak-sanakannya penilaian dengan berbagai bentuk.  Satu di anmtaranya adalah penilaian dengan penugasan membuat portofoilo.  B erbagai bentuk penilaian itu lazimnya mempunyai bobot yang berbeda.  Akan tetapi bobot setiap bentuk pernilaian tidak dapat ditrentukan secara seragam, karena kedudukan penilaian dengan portfolio dalam suatu pembelajaran mungkin tergantung pads jenis mata pelajaran   Sebagai contoh: Bobot portofolio untuk mata pelajaran olah raga mungkin berbeda dengan nilai portofolio pada mata pelajaran sejarah atau matematika.

K.     Contoh Portofolio
Berikut adalah contoh tugas untuk portofolio dan hasil karya salah seorang siswa sebagai pelaksanaan tugas itu. [Diadaptasi dari Nitko, A.J. (1995).  Educational assessment of students (2nd ed.).  Englewood Cliffs, NJ: Merrill.]

Tugas
Kelompok A: Tugas wajib
Tugas wajib ada 5, yaitu: perbandingn laju pertumbuhan jumlah penduduk, rekayasa lingkungan, ke-terjalani-an, penalaran, dan pertandingn matematis.

1.  Pertumbuhan penduduk
Buatlah daftar atau diagram yang menunjukkan laju perkembangan jumlah penduduk Indonesia dan laju perkembangan jumlah penduduk salah satu negara Asean.

2.  Taman kota
Andaikan kotamu akan membangun taman lingkungan, dan telah menyediakan dana sebesar Rp 45.000.000,00.  Tenaga kerjanya adalah sejumlah orang di kotamu.  Kelompokmu ditugasi untuk membuat rancangan taman itu.  Karena taman itu akan disediakan bagi seluruh masyarakat, rancanganmu kamu harus memuat bagian-bagian yang cocok bagi anak-anak kecil, bagi anak-anak sebayamu, dan bagi orang-orang yang tua.
Ketika membuat rancangan, kelompokmu perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Apakah taman nanti akan cocok dengan pengunjung dari segala umur?
b. Dapatkah taman itu digunakan pada setiap musim?
c. Dapatkah taman itu digunakan juga pada waktu?
d. Apakah dimungkinkan adanya berbagai macam kegiatan dalam taman itu?
e. Apakah taman itu tidak memboroskan listrikn air yang mengalir.
f. Apakah taman nanti mempunyai keistimewaan yang tidak terdapat di taman lain?

Taman itu berukuran 120m x 80m, dan harus memuat 5 pohon, 1 bukit-bukitan, batu karang, dan 1sungai berkelok dengan air yang mengalir cepat.  Kelompokmu perlu menentukan letak keempat cirri fisik itu. Dalam lampiran, buatlah senarai materi dan biaya yang diperlukan untuk pengembangan taman itu. Kelompokmu bebas menentukan biaya itu selama tidak melebihi jumlah     Rp 45.000.000,00.

Rancanganmu harus mencakup:
1.      Gambar terperinci taman itu, beserta letak bagian khusus atau isi khusus;
2.      Surat yang menjelaskan:
a.      Mengapa bagian-bagain itu harus ditempatkan di tempat yang ditentukan itu;
b.      Bagaimana kelompokmu mengikuti pedoman pengembangan, ketika sedang membuat proposal itu;
c.      Mengapa proposalmu perlu dipilih oleh panitia pembangunan kota.
3.      Senarai material, alat-alat, biaya harian dan biaya keseluruhan

3.  Keterjalanian
Suatu gambar dikatakan terjalani apabila keseluruhan gambar itu dapat dijalani dengan ujung pensil, sedemikian sehingga setiap bagian dari gambar itu terjalani satu kali saja, tanpa mengangkat pensil dari kertas.  Di bawah ini tersedia 13 gambar.  Selidiki dan jelaskan apakah gambar-gambar di bawah ini terjalani.



















4.  Penalaran
Carilah contoh penggunaan logika dalam kehidupan sehari-hari.  Jelaskan.

5.  Menimbang berat mainan
Gunakan hanya informasi yang diberikan di bawah ini saja untuk menentukan mana yang lebih berat: A atau B, jika A adalah gabungan dari 1 vanda dan 3 granda, sedangkan B adalah 4 akro.
Informasinya sebagai berikut:
a.      vanda dan granda adalah jenis mainan;
b.      semua vanda sama berat;
c.      semua granda sama berat;
d.      semua akro sama berat;
e.      empat akro sama berat dengan lima granda;
f.        satu vanda sama berat dengan gabungan dari dua granda dan satu akro.

Kelompk B: Tugas pilihan
Tugas pilihan meliputi dua hal, yaitu: pantulan bola dan luas permukaan benda ruang.

6.      Pantulan bola
Berikut ini gambar meja yang tepinya berpenghalang seperti meja bola sodok itu, dengan sebuah bola dan sebuah lubang.  G menunjukkan letak bola, sedang H  menunjukkan letak lubang yang dapat dimasuki bola tersebut.  Tunjukkan pada sisi kiri, di titik mana bola harus memantul agar bola itu akhirnya masuk lubang.









7.      Luas permukaan benda ruang
Gambarlah dua benda ruang (benda berdimensi tiga) yang bentuknya berbeda, tetapi yang luas permukaannya sama.




Portofolio yang dihasilkan
Setelah melaksanakan tugas tersebut, hasil seorang siswa merupakan sebuah
portofolio dengan isi sebagai berikut.
1.      Halaman sampul
2.      Halaman daftar isi
3.      Halaman kata pengantar
4.      Halaman isi
5.      Lembar `penilaian (diisi oleh guru)

Penjelasan
1.      Halaman sampul
Halaman sampul, berisi: Nama, nomor induk, kelas, dan nama sekolah.

2.      Halaman Daftar Isi
Yang tercantum dalam daftar isi adalah sbb:

Kata Pengantar
Tugas Wajib:
a.   Perbandingan Pertumbuhan Penduduk
b.   Rekayasa Lingkungan
c.   Masalah Keterjalanian
d.   Masalah Logika
e.   Perbandingan

Tugas Pilihan:
a.      Pantulan Bola
b.      Luas Permukaan Benda

3.      Halaman Kata Pengantar
Kata Pengantar berisi: sikap siswa (penulis) terhadap pelajaran matematika, sikap siswa (penulis) terhadap tugas-tugas untuk pelajaran matematika, manfaat yang dirasakan oleh siswa (penulis) dari pelaksanaan tugas-tugas itu, alasan pemilihan karya tulis pilihan sebagai pelaksanaan Tugas Pilihan.

4.      Isi
a.      Perbandingan Pertumbuhan Penduduk antara Indonesia dan Malaysia
Halaman pertama berisi:
1)     Nomor tugas (yaitu 1)
2)     Judul uraian, yaitu “Perbandingan Laju Perkembangan Jumlah Penduduk
antara Indonesia dan Malaysia
3)     Nama siswa
4)     Tanggal:                               

Halaman selanjutnya berisi judul, tugas dari guru, dan hasil kerja siswa. 
Judul: “Perbandingan Laju Perkembangan Jumlah Penduduk antara Indonesia dan Malaysia”.
Tugas: “Buatlah daftar atau diagram yang menunjukkan laju perkembangan jumlah penduduk Indonesia dan laju perkembangan jumlah penduduk salah satu negara Asean”.
Hasil kerja siswa adalah tulisan yang terdiri atas 2 bagian, yaitu data dan uraian sebagai berikut.
a) Data numerik dalam tabel, yaitu jumlah penduduk Indonesia dan Malaysia selama 20 tahun terakhir, dan laju perkembangan jumlah penduduk di kedua Negara itu.
b) Uraian tentang hasil perjitungannya, sedikit komentar atas hasil itu, dan dugaannya (ramalannya) tentang jumlah penduduk di kedua Negara itu beberapa puluh tahun mendatang.

b.     Rekayasa Lingkungan
Halaman pertama berisi:
1)     Nomor tugas (yaitu 2)
2)     Judul uraian, yaitu “Rekayasa Lingkungan
3)     Nama siswa
4)     Tanggal               :

Halaman selanjutnya berisi judul dan uraian sebagai berikut:
Judul: “Rekayasa Lingkungan
Tugas: (Seperti di muka)
Isi:
a) Surat pengantar sebagai berikut.

Bapak Walikota yth.
Rancangan yang kami buat ini rancangan sebuah taman di kota kita, untuk melayani kebutuhan seluruh masyarakat, dengan memperhatikan pembatasan biaya pembuatan taman. … .(dst).
Dalam membuat rancangan ini kami sudah memperhatikan dengan sangat cermat keselamatan dan kemudahan baik pengunjung muda maupun tua. … (dst).
Taman bermain disediakan bagi anak-anak.  Di dekatnya ada tempat rekresasi yang teduh, dilengkapi dengan beberapa meja dan tungku, serta pipa air. … (dst).
Dengan alasan ekonomi, dan juga mempertahankan suasana alami taman, tidak akan dibuat jalan berkeramik, tetapi dibuat jalan tanah, dengan lebar setengah meter. . .. (dst).
Salah satu cirri khas taman ini adalah panggung terbuka yang terletak di pojok barat-daya taman.  Dengan menyewakan panggung ini kepada kelompok-kelompok kesenian, pemerintah kota akan memperoleh uang untuk ongkos pemeliharaan taman. … (dst).
Rancangan ini bukan hanya ekonomis dan praktis.  Taman yang kami rancang ini juga akan dapat memberikan lapangan kerja bagi banyak orang.  …. (dst).  Singkatnya, rancangan kami ini secara ekonomi akan didukung oleh seluruh anggota masyarakat.

b)  Gambar rancangan taman
c)  Perincian jenis material, banyaknya material, harga material, dan jumlah biaya.

c.   Masalah Ke-terjalani-an
Halaman pertama berisi:
1)      Nomor tugas (yaitu 3)
2)      Judul uraian, yaitu “Masalah Ke-terjalani-an
3)      Nama siswa
4)      Tanggal

Halaman selanjutnya berisi tugas, judul, dan uraian sebagai berikut:
Tugas: (seperti di muka)
Judul: “Masalah keter-jalani-an
Isi: Judul, pengantar., dan uraian pemecahan masalah setiap gambar

Pengantar berisi strategi yang digunakan oleh siswa, sebagai berikut.
Masalah yang diberikan kepada saya adalah masalah penentuan syarat agar gambar berdimensi dua merupakan gambar yang terjalani.  Dengan kata lain, gambar itu harus dapat dijiplak lengkap dengan pensil dan kertas sedemikian sehingga setiap garis lurus atau lengkung yang merupakan sisi gambar itu terlalui pensil satu kali saja, tanpa mengangkat pensil lepas dari kertas.  Dalam pemecahan masalah berikut ini, garis lurus atau lengkung itu saya sebut busur, sedangkan ujung atau pangkal busur itu saya sebut simpul.  Setiap gambar datar dalam tugas itu sesungguhnya merupakan suatu rangkaian busur, yang berpangkal atau berujung pada simpul-simpul.  Ke-13 gambar datar yang diberikan sebagai tugas itu saya daftar benyaknya daerah, simpul, busur, banyaknya busur yang melewati tiap simpul.  Kemudian saya simpulkan hasil penyelidikan saya tentang terjalani-tidaknya setiap gambar `datar itu.
Uraian pemecahan masalah, terdiri atas daftar, gambar, uraian tentang proses penemuan terjalani-tidaknya setiap gambar.  Pemecahan masalah ini terperinci sebanyak lima halaman.

d.   Penalaran
Halaman pertama berisi:
1)     Nomor tugas (yaitu 4)
2)     Judul uraian, yaitu “Masalah Logika
3)     Nama siswa
4)     Tanggal

Halaman selanjutnya berisi judul dan uraian sebagai berikut:
Judul: “Masalah Logika
Tugas: (Seperti di muka)
Isi (uraian sepanjang dua halaman):
Salah satu ciri khas manusia adalah kemampuannya menalar, atau menggunakan logika. Akan tetapi, logika sering disalahgunakan dalam klehidupan sehari-hari.  Sebagai conoth, seseorang bernama Gangga berjanji kepada temannya, “Kalau saya selesai dengan pekerjaan rumah, saya akan datang di pestamu”.  Jika kemudian Gangga datang ke pesta, temannya mungkin berpendapat bahwa Gangga telah selesai dengan pekerjaan rumahnya.  Apakah pendapat teman itu logis? . . . (dst).
        Untuk menganalisis masalah di atas, perlu dijelaskan konsep logika matematis.  Masalah logika yang harus saya pecahkan itu termasuk masalah “pernyataan bersyarat”.  …. (dst.).
         Berikut ini adalah daftar kebenaran dan penjelasannya, yang berkaitan dengan masalah yang harus saya pecahkan. . . . (dst.).

e.   Perbandingan
Halaman pertama berisi:
1)     Nomor tugas (yaitu 5)
2)     Judul uraian, yaitu “Perbandingan Berat Mainan
3)     Nama siswa
4)     Tanggal                        :

Halaman selanjutnya berisi judul dan uraian sebagai berikut:
Judul: “Perbandingan Berat Mainan
Tugas: (Seperti di muka)
Pemecahan masalah (Uraian sepanjang dua halaman):
Untuk memecahkan masalah ini, kita perlu menganalisis data atau informasi di atas.  Informasi “empat akro sama berat dengan lima grandadapat dinyatkan dengan lambang
                                                   4a = 5g,
sehingga dengan menggunakan aljabar kita peroleh hubungan 
                                                   g = (4a)/5. 
Selanjutnya informasi “satu vanda sama berat dengan gabungan dari dua granda dan satu akro,” dapat dinytatakan dengan lambing 
                                                   1v + 2g = 1a. 
Dengan substitusi kita dapatkan
                                                   1v + (8a)/5 = 1a
. . .  (dst.)

Kelompk B: Tugas pilihan
Tugas pilihan meliputi dua hal, yaitu: pantulan bola dan luas permukaan benda ruang.

f. Pantulan bola
Halaman pertama berisi:
1)     Nomor tugas (yaitu 6)
2)     Judul uraian, yaitu “Pantulan Bola
3)     Nama siswa
4)     Tanggal
Halaman selanjutnya berisi judul dan uraian sebagai berikut:
Judul: “Pantulan Bola
Tugas: (Seperti di muka)
Isi (uraian sepanjang dua halaman):

Pantulan Bola
Tugas:           
Berikut ini gambar meja yang tepinya berpenghalang seperti meja bola sodok itu, dengan sebuah bola dan sebuah lubang.  Huruf G menunjukkan letak bola,  sedang huruf H menunjukkan letak lubang yang dapat dimasuki bola tersebut. 
Tunjukkan pada sisi kiri, di titik mana bola harus memantul agar bola itu akhirnya
masuk lubang.







Jika sebuah benda yang bergerak membentur papan, lintasan benda itu setelah benturan adalah cerminan dari lintasan itu terhadap garis tegak pada papan tersebut. Untuk menentukan arah bola G agar kemudian masuk ke lubang H, kita harus mencerminkan H pada sisi kiri, seakan-akan sisi kiri itu cermin yang menghadap kea rah lubang H.  Kalau bayangan cermin dari H adalah H’, maka bola harus diarahkan ke H’, agar setelah membentur dinding kiri, bola masuk ke lubang H.







Misalkan garis GH’ memotong sisi kiri di titik x, sedangkan G’ adalah bayang.  Jika G’ adalah bayangan cermin dari G, maka garis G’H akan memotong sisi kiri di titik x juga, dan arah bola G setelah benturan adalah arah yang ditunjukkan oleh garis xH









Jadi, agar bola masuk ke lubang H, bola harus diarahkan ke bayangan dari H terhadap sisi kiri meja.

g. Luas permukaan benda ruang
Halaman pertama berisi:
1)     Nomor tugas (yaitu 7)
2)     Judul uraian, yaitu “Luas Permukaan Benda Ruang
3)     Nama siswa
4)     Tanggal

Halaman selanjutnya berisi judul dan uraian sebagai berikut:
Judul: “Luas Permukaan Benda Ruang
Tugas: (Seperti di muka)
Isi (uraian sepanjang tiga halaman):
Luas Permukaan Benda Ruang
Tugas: Gambarlah dua benda ruang (benda berdimensi tiga) yang bentuknya berbeda, tetapi yang luas permukaannya sama.

Saya memilih membuat gambar kerucut dan limas beraturan bersisi empat (piramida).  Pertama-tama saya cari ukuran-ukurannya yang dapat membuat luas permukaan keduanya sama.
Rumus luas permukaan limas adalah
                                                L = ½ sk + D 
dengan keterangan:                        L = luas permukaan,
                                                a = apotema (gris tinggi sisi ke puncak) limas,
                                                k = keliling alas limas,
                                                D = luas dasar limas.
Rumus luas permukaan kerucut adalah
                                                L = ½ ak + B 
dengan keterangan:                        L = luas permukaan,
                                                p = panjang garis pelukis kerucut,
                                                k = keliling alas kerucut
                                                D = luas dasar kerucut,
Secara acak saya pilih k = 42 cm dan a = 9 cm. . . . dst.

Catatan:
Bagian akhir dari pekerjaan untuk soal ini adalah foto dari benda ruang yang dibuat dri karton, yang memiliki ukuran-ukuran yang ditemukan.  Jadi siswa tidak hanya membuat gambar, tetapi juga membuat bend yang memenuhi syarat yang ditentukan.

5. Lembar Penilaian
Lembar Penilaian ini berisi nilai dan komentar (alasan atau pertimbangan guru), mengapa guru memberikan nilai sekian.  Komentar, alas an, atau pertimbangan itu terdiri atas tiga paragraf. Paragraf pertama pertimbangan tentang kemampuan siswa memecahkan masalah, paragraf kedua pertimbangan tentang kemampuan menalar siswa, dan paragraf ketiga pertimbangan tentang kemampuan berkomunikasi siswa.